Main Article Content
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji SEMA No. 2 Tahun 2023 yang melarang pernikahan beda agama dan melihatnya dari sudut pandang Sadd al-Dzarî’ah. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka. Pernikahan adalah institusi penting dalam Islam dan diakui oleh negara. Setiap agama, seperti Islam, Katolik, Protestan, Hindu, dan Buddha, menginginkan keluarga yang harmonis dan memiliki panduan dalam kitab suci mereka untuk mencapainya. Baru-baru ini, Mahkamah Agung menerbitkan Surat Edaran (SEMA) No. 2 Tahun 2023 yang memberikan petunjuk bagi hakim dalam menangani permohonan pencatatan perkawinan beda agama. Dalam Islam, ada kaidah Sadd al-Dzarî’ah yang penting untuk menjaga moral dan etika dalam pernikahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Islam, Katolik, Protestan, Hindu, dan Buddha melarang pernikahan beda agama. Kaidah Sadd al-Dzarî’ah menyatakan bahwa dengan tidak melakukan pernikahan beda agama, kita bisa menghindari masalah dan kerusakan yang lebih besar di masa depan. SEMA No. 2 Tahun 2023 memberikan kepastian hukum bagi pengadilan untuk menolak permohonan pencatatan perkawinan beda agama dan sejalan dengan kaidah Sadd al-Dzarî’ah.
This research aims to examine SEMA No. 2 of 2023, which prohibits interfaith marriages, and view it from the perspective of Sadd al-Dzarî’ah. This research uses a literature study method. Marriage is an important institution in Islam and is recognized by the state. Every religion, such as Islam, Catholicism, Protestantism, Hinduism, and Buddhism, desires a harmonious family and has guidance in their holy books to achieve it. Recently, the Supreme Court issued Circular Letter (SEMA) No. 2 of 2023, which provides guidance for judges in handling requests for the registration of interfaith marriages. In Islam, there is a principle called Sadd al-Dzarî’ah, which is important for maintaining morals and ethics in marriage. The results of the research show that Islam, Catholicism, Protestantism, Hinduism, and Buddhism prohibit interfaith marriages. The principle of Sadd al-Dzarî’ah states that by avoiding interfaith marriages, we can prevent future problems and greater harm. SEMA No. 2 of 2023 provides legal certainty for courts to reject requests for the registration of interfaith marriages and aligns with the principle of Sadd al-Dzarî’ah.
Keywords
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Authors who publish with this journal agree to the following terms:
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License that allows others to share the work with an acknowledgment of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access).
References
- Ahmad bin Hambal. 1430 H. al-Jami’ li ‘Ulum al-Imam Ahmad. Faiyum: Dar al-Falah li Bahts al-‘Ilm wa Tahqiq al-Turats.
- Asmin. 1986. Status Perkawinan Antar Agama Ditinjau dari Undang-Undang Perkawinan No. 1/1974. Jakarta: PT.Dian Rakyat.
- Al-Baghdadi, al-Qadhi Abd al-Wahhab. al-Ma’unah ‘ala Mazhab ‘Alim al-Madinah. Makkah: al-Maktabah al-Tijariyyah.
- Al-Juzairi, Abd al-Rahman bin Muhammad Iwadh. 1424 H. al-Fiqh ‘ala al-Mazahib al-Arba’ah. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah.
- Al-Kasani, Abu Bakr bin Mas’ud. 1328 H. Bada’i al-Shana’i fi Tartib al-Syarai’. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah.
- Al-Muqrin, Muhammad bin Sa’ad bin Muhammad. 1430 H. Sadd al-Dzarai’ wa ‘Alaqatuha bi Maqashid al-Syari’ah. Dalam Majallah al-Adl. Riyadh: Kementerian Kehakiman.
- Al-Qahthani, Yasar bin Sa’id bin Muhammad. 1425 H. Mabahits Ushul al-Fiqh al-Waridah fi Kitab Fath al-Bar Syarh Shahih al-Bukhari li al-Imam al-Hambali. Riyadh: Jami’ah al-Malik Su’ud.
- Al-Qarafi, Ahmad bin Idris. al-Furuq. Beirut: Dar al-Jil.
- Al-Sarkhosiy, Muhammad bin Ahmad. al-Mabsuth, Beirut: Dar al-Ma’rifah.
- Al-Sulami, ‘Iyadh bin Nami. 1426 H. Ushul al-Fiqh Alladzi La Yasa’u al-Faqih Jahluhu. 1st ed. Riyadh: Dar al-Tadmuriyyah.
- Al-Syafi’i, Muhammad bin Idris. 1403 H. al-Umm, Beirut: Dar al-Fikr.
- Al-Syathibi, Ibrahim bin Musa. 1997. al-Muwafaqat. Saudi: Kerajaan Saudi Arabia.
- Al-Zarkasyi, Muhammad bin Abd Allah. al-Bahr al-Muhith fi Ushul al-Fiqh. Dar al-Kutubiy.
- Al-Zahrani, Ahmad Shalih Ahmad. 1423 H. Mabahits Ushul al-Fiqh al-Waridah fi Kitab Minhaj al-Sunah al-Nabawiyyah fi Naqdh Kalam al-Syi’ah al-Qadariyah. Riyadh: Jami’ah al-Malik Su’ud.
- Baso, Ahmad, dan Ahmad Nurcholish (Ed.). 2005. Pernikahan Beda Agama: Kesaksian, Argumen Keagamaan dan Analisis Kebijakan. Jakarta: Komnas HAM dan ICRP.
- Beal, J. P., Coriden, J. A., and Green, T. J. 2000. New Commentary on the Code of Canon Law. New York: Paulist Press.
- Eoh, O. S. 1996. Perkawinan Antar Agama dalam Teori dan Praktek. 1st ed. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
- Go, P. O. dan Suharto S. 2004. Kawin Campur, Beda Agama Dan Beda Gereja: Tinjauan Historis, Teologis, Pastoral, Hukum Gereja, dan Hukum Sipil. Malang: Penerbit Dioma.
- Goodman, F. D. 1990. Where the Spirits Ride the Wind: Trance Journeys and Other Ecstatic Experiences. Bloomington: Indiana University Press.
- Guthrie, D. 1996. Tafsiran Alkitab Masa Kini 1; Kejadian-Ester. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
- Guthrie, D. 2003. Tafsiran Alkitab Masa Kini 3; Matius-Wahyu. Jakarta: Penerbit Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF.
- Ibnu al-Qayyim. 1411 H. I’lam al-Muwaqqi’in. 1st ed. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah.
- Lembaga AlKitab Indonesia. 1996. AlKitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. Malang: Gandum Mas.
- Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. 10th ed. Bandung: Pustaka Setia.
- Malik bin Anas. 1415 H. al-Mudawwanah. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah.
- Muhdlor, A. Zuhdi. 1994. Memahami Hukum Perkawinan (Nikah, Talak, Cerai, Rujuk). 1st ed. Bandung: Al-Bayan.
- Panggabean, Henry P. 2001. Fungsi Mahkamah Agung dalam Praktik Sehari-Hari. Jakarta: Sinar Harapan.
- Prawirohamidjojo, R. Soetojo dan Asis Safioedin. 1985. Hukum Orang dan Hukum Keluarga. Bandung: Alumni
- Pudja, G. 1974. Pengantar tentang Perkawinan menurut Hukum Hindu (didasarkan Manusmriti). Jakarta: Dirjen Bimas Hindu & Budha Depag.
- Ridwan, HR. 2011. Hukum Administrasi Negara. Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Press.
- Ridwan, HR. 2014. Diskresi & Tanggung Jawab Pemerintah. 1st ed. Yogyakarta: FH UII Press.
- Rubiyatmoko, R. 2011. Perkawinan Katolik Menurut Kitab Hukum Kanonik. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
- Samanadiwija, Pandita. 1996. Tuntunan Perkawinan dan Hidup Berkeluarga dalam Agama Buddha. Jakarta: Yayasan Budha Sasana.
- Sanders, E. P. 2016. Paul: The Apostle’s Life, Letters and Thought. London: SCM Press.
- Saputra, Jusman, dan Sans S. Hutabarat. 1988. Pendewasaan Usia Perkawinan. Jakarta: Badan Koordinasi Keluarga Berencana Biro Pembinaan Pendidikan KB.
- Sarjana, I Putu, I Putu Gelgel, dan I Putu Sastra Wibawa. 2018. Perkawinan Pada Gelahang: Perspektif Hukum Hindu. Denpasar: Universitas Hindu Indonesia.
- Tarigan, Lemata. 2003. Perkawinan Antar Agama Ditinjau dari Undang-Undang Perkawinan No. 1/1974.
- Trisna, Yonathan A. 1987. Berpacaran dan Memilih Teman Hidup. Bandung: Kalam Hidup Pusat