Main Article Content

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana moderasi beragama sebagai sebuah pemahaman yang telah ada dalam Suku Tidung melalui budaya yang mereka tradisikan dalam kehidupan sehari-hari, yang melalui tradisi itu selaras dengan tujuan moderasi yakni penghargaan terhadap perbedaan dan memahami perbedaan dalam bingkai harmoni. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan pendekatan etnografi. Melalui pendekatan etnografi peneliti hendak memotret lebih dekat kebudayaan yang ada pada Suku Tidung dan nilai-nilai moderasi yang dihasilkan dari budaya yang ada, baik dengan observasi langsung maupun wawancara dalam menemukan hasil penelitian. Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa  Suku Tidung terus berusaha mempertahankan identitas dan keragaman budaya mereka sambil tetap terbuka terhadap perubahan dan kemajuan zaman. Melalui semangat gotong royong dan kebersamaan, Suku Tidung berupaya memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, serta menjaga keharmonisan antar suku dan etnis di wilayah Nunukan, Kalimantan Utara. Pada sisi lain kebudayaan Suku Tidung seperti Iraw dimaknai tidak hanya sekedar seremoni, namun upaya penghormatan dan perayaan bersama, serta mengakui perbedaan. Dalam hal ini Suku Tidung menunjukkan bahwa harmoni antar umat beragama dapat diperkuat melalui dialog dan kerjasama.


This research aims to find out how religious moderation is an understanding that already exists in the Tidung Tribe through the culture they have traditions in everyday life, which through this tradition is in line with the aim of moderation, namely respect for differences and understanding differences within a frame of harmony. This research is field research with an ethnographic approach. Through an ethnographic approach, the researcher wants to take a closer picture of the culture of the Tidung Tribe and the values ​​of moderation resulting from the existing culture, both through direct observation and interviews in finding research results. The research findings show that the Tidung Tribe continues to strive to maintain their identity and cultural diversity while remaining open to change and progress over time. Through the spirit of mutual cooperation and togetherness, the Tidung Tribe seeks to strengthen national unity and unity, as well as maintain harmony between tribes and ethnicities in the Nunukan region, North Kalimantan. On the other hand, the culture of the Tidung Tribe, like the Iraw, is interpreted as not just a ceremony, but an effort to honor and celebrate together, as well as recognizing differences. In this case, the Tidung Tribe shows that harmony between religious communities can be strengthened through dialogue and cooperation.

Keywords

Kearifan Lokal Moderasi Beragama Suku Tidung

Article Details

References

  1. Aksa, A., & Nurhayati, N. (2020). MODERASI BERAGAMA BERBASIS BUDAYA DAN KEARIFAN LOKAL PADA MASYARAKAT DONGGO DI BIMA (TINJAUAN SOSIO-HISTORIS). Harmoni, 19(2), 338–352. doi: 10.32488/harmoni.v19i2.449
  2. AR, A. M. (2015). Ikhtiar Menghadirkan Studi Khazanah Islam Nusantara Suku Dayak Dialektika Identitas Dayak Tidung di Kalimantan. Semarang: Fatawa Publishing.
  3. Bakir, R. S., & Suryanto, S. (2006). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Batam: Karisma Publishing.
  4. Emzir. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
  5. Juwaini, dkk. (2013). Moderasi Beragama dalam Masyarakat Multikultural. Banda Aceh: Bandar Publishing.
  6. Marianus Teti. (2024). Membangun Udar Asumsi Menuju Kampung Moderasi Beragama Yang Moderat di Desa Kletek. Tri Tunggal: Jurnal Pendidikan Kristen Dan Katolik, 2(3), 151–160. doi: 10.61132/tritunggal.v2i3.436
  7. Pelu, H., & Nur, N. (2022). Penerapan Moderasi Beragama dalam Pembelajaran Bahasa Inggris di Madrasah. Educandum, 8(2).
  8. Warson, M. A. (1984). Kamus Arab-Indonesia. Yogyakarta: PP. Al-Munawwir Krapyak.
  9. Yunus, M. (2024). Eksistensi dan Nilai-Nilai Moderasi Beragama dalam Kearifan Lokal Suku Sasak (Krame Banjar) di Desa Sepit. Jurnal Manajemen Dan Budaya, 4(1), 93–104. doi: 10.51700/manajemen.v4i1.601