Main Article Content

Abstract

Artikel ini mengulas konsep dan praktik toleransi beragama dalam masyarakat plural. Fokus utama adalah menjelajahi bagaimana masyarakat yang beragam dalam hal keyakinan dan kepercayaan dapat mencapai koeksistensi yang harmonis melalui pemahaman, dialog, dan penghargaan terhadap perbedaan. Diskusi melibatkan studi kasus dari berbagai negara dan budaya yang sukses dalam mempromosikan toleransi beragama sebagai landasan bagi kerukunan sosial. Toleransi beragama didefinisikan sebagai sikap terbuka dan penghargaan terhadap variasi keyakinan agama tanpa mengorbankan nilai-nilai fundamental keadilan dan hak asasi manusia. Dalam masyarakat plural, pemahaman terhadap perbedaan keyakinan menjadi esensial untuk mengatasi konflik potensial. Artikel ini membahas inisiatif pendidikan, kebijakan publik, dan peran media dalam membentuk sikap toleransi sejak dini. Studi kasus melibatkan negara-negara yang sukses mengimplementasikan model toleransi beragama, seperti Indonesia dengan falsafah "Bhinneka Tunggal Ika", yang berarti "Berbeda-beda namun tetap satu". Pengalaman-pengalaman positif ini memberikan inspirasi bagi masyarakat di seluruh dunia untuk mengadopsi prinsip-prinsip toleransi dalam konteks keberagaman agama. Artikel ini menyimpulkan dengan menekankan pentingnya menerapkan pendekatan inklusif dalam mempromosikan toleransi beragama, yang melibatkan pendidikan yang mendalam, dialog antaragama, dan peran aktif masyarakat sipil. Pemahaman dan penerimaan terhadap pluralitas keyakinan dianggap sebagai kunci untuk menciptakan masyarakat yang adil, damai, dan bersatu meskipun perbedaan keyakinan agama.


This article reviews the concept and practice of religious tolerance in a plural society. The main focus is exploring how societies that are diverse in terms of beliefs and beliefs can achieve harmonious coexistence through understanding, dialogue and respect for differences. The discussion involves case studies from various countries and cultures that have been successful in promoting religious tolerance as a foundation for social harmony. Religious tolerance is defined as an open attitude and respect for variations in religious beliefs without sacrificing the fundamental values ​​of justice and human rights. In a pluralistic society, understanding differences in beliefs is essential for resolving potential conflicts. This article discusses educational initiatives, public policy, and the role of the media in forming attitudes of tolerance from an early age. Case studies involve countries that have successfully implemented a model of religious tolerance, such as Indonesia with the philosophy of "Bhinneka Tunggal Ika", which means "Diverse but still one". These positive experiences provide inspiration for people around the world to adopt the principles of tolerance in the context of religious diversity. The article concludes by emphasizing the importance of implementing an inclusive approach in promoting religious tolerance, involving in-depth education, interfaith dialogue, and the active role of civil society. Understanding and acceptance of a plurality of beliefs is considered the key to creating a just, peaceful and united society despite differences in religious beliefs.

Keywords

Kebijakan Publik dan Pendidikan Masyarakat Plural Peran Media Sikap Toleransi Toleransi Agama

Article Details

References

  1. A’la, abd. 2008. “Kebebasan Anarkis”, Kompas 3 juni.
  2. Christoper, Daniel L.Smith (editor). 2005. Lebih Tajam dari Pedang-Refleksi Agama-agama Tentang Paradoks Kekerasan, Yogyakarta : Kansius.
  3. Dibyorini, MC.Candra Rusmala. 2005. “Solidaritas Sosial dalam kemajemukan Masyarakat Indonesia”, Artikel dalam jurnal Ilmu Sosial Alternatif, Volume VI, Nomor 12, Desember 2005, Yogyakarta: Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”.
  4. Halim, Abdul. 2008. “Menggali Oase Toleransi”, Kompas 14 April.
  5. Hasyim, Syafiq. 2007. “Idul Fitri, Memahami Hikmah Berbeda”. Kompas 20 Oktober. Hernowo, M. 2008. “Kemajemukan Agama Bisa Menjadi Potensi”, Kompas 9 Februari. Intan, Benyamin F. 2007. “Solidaritas Intelektual”, Kompas 21 September.
  6. Khoiri, Ilham. 2007. “Mimpi Indah Merajut Kebangsaan”, Kompas 16 Agustus. Kompas. 2008. “Antitoleransi Yang Menguat Harus Segera Dihilangkan”, 31 Maret Misrawi, Zuhairi. 2008. “Toleransi Sebagai Kuasa Nilai”, Kompas 24 Mei.
  7. Hanifah, Abu. 2007. Toleransi Dalam Masyarakat Plural Memperkuat Pertahanan Sosial. Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: CV. Rajawali.
  8. Subkhan, Imam. 2007. Hiruk Pikuk Wacana Pluralisme di Yogya, Yogyakarta : Kansius. Sujatmiko, Iwan Gardono. 2008. “Makna Satu Abad Budi Utomo”, Kompas 16 Mei.
  9. Suseno, Frans Magnis. 2008. “Junjung Tinggi Pluralitas”: Pengerasan Identitas Kelompok Akan Membunuh Diri Sendiri, Kompas 12 Mei.
  10. Sztomka, Piotr. 2007. Sosiologi Perubahan Sosial, Dialihbasakan oleh Alimandan, dan Diedit oleh Tri Wibowo Budi Santoso, Jakarta: Prenada.
  11. Wahyudi, M.Zaid. 2008. “Jadikan Toleransi Sebagai Modal”, Kompas 17 Mei.