Main Article Content

Abstract

Tulisan ini membahas tentang makna kursi yang terdapat pada QS Al-Baqarah (2) 255 Allah berfirman: “Allah, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup lagi terus-menerus mengurus makhluk. Dia tidak dilanda oleh kantuk dan tidak pula oleh tidur. Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka. Mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun dari ilmu-Nya, kecuali apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat memelihara keduanya. Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung”. Makna kursi selama ini diartikan oleh masyarakat adalah ilmu dan kekuasan. Padahal kata kursi memiliki banyak makna apabila dikaji menggunakan banyak kitab tafsir dan penafsiran ulama. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan beragam pemaknaan kursi dengan menggunakan pendekatan Roland Barthes yaitu denotasi dan konotasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menyimpulkan bahwa makna kursi  pada tingkat denotasi ialah ilmu dan kekuasaan Allah, dan ketika naik pada Tingkat kedua konotasi kursi mendapatkan perluasan makna menjadi Allah maha kuasa atas seluruh hambanya, dan akhirya sampai pada mitos yaitu Tidak ada yang sebanding dengan Allah Swt didunia ini.


This paper discusses the meaning of the chair found in QS Al-Baqarah (2) 255 Allah says: “Allah, there is no god but He, the Ever-Living, is constantly taking care of creation. He is not stricken by drowsiness nor by sleep. To Him belongs what is in the heavens and what is in the earth. No one can intercede with Him without His permission. He knows what is before them and what is behind them. They know nothing of His knowledge, except what He wills. His Kursi encompasses the heavens and the earth, and He does not find it hard to maintain them. He is the Most High, the Most Great”. The meaning of Kursi has been interpreted by the community as knowledge and power. In fact, the word Kursi has many meanings when studied using many books of tafsir and interpretations of scholars. This research aims to find various meanings of kursi by using Roland Barthes' approach, namely denotation and connotation. To achieve this goal, this study concludes that the meaning of the chair at the denotation level is the knowledge and power of Allah, and when it rises to the second level of connotation, the chair gets an expansion of meaning to become Allah omnipotent over all his servants, and finally arrives at the myth that there is nothing comparable to Allah Swt in this world.

Keywords

Kursi Roland Barthes Semiotika surat al-Baqoroh (2):255

Article Details

References

  1. Abi Sa’ud, 1431.” Irsyadul ‘Aqli As-Salim ila Mazaya al-Kitab al- Karem”. Bairut; Darul Ihya At-Turats ‘Arabi
  2. Adlini, M. N., Dinda, A. H., Yulinda, S., Chotimah, O., & Merliyana, S. J. (2022). Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 6(1), 974–980. https://doi.org/10.33487/edumaspul.v6i1.3394
  3. Ahyar, D. B. (2019). Analisis Teks Dalam Penelitian Kebahasaan (Sebuah Teori dan Aplikatif). Shaut Al Arabiyyah, 7(2), 100. https://doi.org/10.24252/saa.v7i2.10273
  4. Alwahidi. (1411). Asbāb Nuzul Qur’an. Dar Kutub al-‘Ilmiyah.
  5. Anam, H. F. (2022). Penafsiran Alquran Di Youtube: Telaah Atas Penafsiran Ustadz Abdul Qadir Jawas Terhadap Ayat Kursi Bercorak Ideologis. QiST: Journal of Quran and Tafseer Studies, 1(1), 78–91. https://doi.org/10.23917/qist.v1i1.526
  6. Asqolani, H. (1431). Al-Ujab fī Bayani al-Asbab. Dar Ibn Jauzi.
  7. Awaluddin, F. A. F. (2020). Kandungan Ayat Kursi Dengan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter (Telaah Tafsir Tahlili). Al-Wajid: Jurnal Ilmu Al-Quran Dan Tafsir, 01(01). https://www.jurnal.iain-bone.ac.id/index.php/alwajid/article/view/839
  8. Baedhowi. (2009). Antropologi Al-Qur’an. LKIS.
  9. Baidhawi, M. S. (1418). Anwar Tanzil wa Asrar Ta’wil (1st ed.). Darul Ihya Turats.
  10. Bazz, A. (1431). Majmu’ Fatawa wa Maqalat mutanawi’ah (1st ed.). Idarah Buhust Ilmi’ah wa Ifta.
  11. Bukhori, M. I. (1422). Shahih Bukhori (1st ed.). Sullthoniyah.
  12. Fadli, M. R. (2021). Memahami desain metode penelitian kualitatif. Humanika, 21(1), 33–54. https://doi.org/10.21831/hum.v21i1.38075
  13. Firmansyah, M., Masrun, M., & Yudha S, I. D. K. (2021). Esensi Perbedaan Metode Kualitatif Dan Kuantitatif. Elastisitas - Jurnal Ekonomi Pembangunan, 3(2), 156–159. https://doi.org/10.29303/e-jep.v3i2.46
  14. Hawari, F. (2013). Kajian Estetika Kursi Eksperimental. Dimensi Interior, 9(2), 89–96. https://doi.org/10.9744/interior.9.2.89-96
  15. Isma’il, A. (1993). Targhib dan Tarhib. Darul Hadist.
  16. Karya, D., & Prancis, S. (2012). Artikel disampaikan pada Seminar Nasional FIB UI, 19 Desember 2012. Dosen Tetap Jurusan Bahasa Prancis FBS UNJ. 1. 1–15.
  17. Katsir, U. (1999). Tafsir al-Qur’an Adzīm (2nd ed.). Darul Tayyibah.
  18. Khozinatun Nur SDN Mranggen, I. (2017). Nilai-Nilai Tauhid Dalam Ayat Kursi Dan Metode Pembelajarannya Dalam Pai. Jurnal Inspirasi, 1(1), 93.
  19. Mas’ud, J. (1992). Mu’jam Ar-Raid mu’jam lughowi ‘asri (7th ed.). Lebanon.
  20. Muhammad, H. (1420). Bahr Muhith fi Tafsir (1st ed.). Darul Fikr.
  21. Mulyaden, A. (2021). Hanifiya : Jurnal Studi Agama-Agama Kajian Semiotika Roland Barthes terhadap Simbol Perempuan dalam Al- Qur ’ an. Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama, 4(2), 139–154.
  22. Mustofa, I. (1972). Mu’jam al-Wasit (1st ed.). Darul Fikr.
  23. Nasa’i, A. B. S. (2001). Sunan Kubra. Muassasah Risalah.
  24. Prayoga, U., & Liddini, L. (2022). MAKNA KATA ULAMA DALAM QS. FATIR AYAT 28 (Implementasi Semiotika Roland Barthes). MAGHZA: Jurnal Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir, 7(1), 139–152. https://doi.org/10.24090/maghza.v7i1.6282
  25. Rahmadanil. (2021). Mimpi Nabi Ibrahim menurut Semiotika Roland Barthes. ” Living Islam: Journal of Islamic Discourse, 4(2), 217.
  26. Rahman, M. (2018). Resepsi terhadap Ayat Al-Kursi dalam Literatur Keislaman. MAGHZA: Jurnal Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir, 3(2), 134–147. https://doi.org/10.24090/maghza.v3i2.2127
  27. Ressa Seftiana, & Abdul Fadli Kalaloi. (2022). Jurnalisme Dan Wawancara Kursi Kosong Menteri Terawan (Analisis Semiotika Roland Barthes Dalam Episode Wawancara Kursi Kosong Mata Najwa Tahun 2020). Medium, 10(1), 382–396. https://doi.org/10.25299/medium.2022.vol10(1).9576
  28. Roland Barthes. (1991). Mythologies. The Nooday Press.
  29. Saud, A. (1431). Irsyadul ‘Aqli As-Salim ila Mazaya al-Kitab al- Karem (1st ed.). Darul Ihya At-Turats ‘Arabi.
  30. Syihab, M. Q. (2000). Tafsir al-Misbah (1st ed.). Lentera Hati.
  31. Thabari. (1413). Jami’ Bayan ‘ an Ta’wil ay-Al-Qur’an. Darul Tarbiyah wa turats.
  32. Tirmidzi, M. bi I. (1975). Sunan Tirmidzi (2nd ed.). Syarikah maktabah wa matba’ah Mustofa Al-Bani.
  33. Umamah, L. (2017). Misteri di Balik Penamaan Surat-Surat Al-Qur’an (1st ed.). Diva Press.
  34. Umami, A. I. (n.d.). MAKNA DERAJAT LAKI-LAKI LEBIH TINGGI DARI PEREMPUAN ( Aplikasi Semiotika Roland Barthes Terhadap QS Al-Baqarah [ 2 ]: 228 ). 1(2).
  35. Yusuf, M. (1993). Subulul Huda wa Rasyad Fī Sirati Khairul Ibad. Dar Kutub al-‘Ilmiyah.
  36. Zamakhsyari, A. (1955). Kasyaf ‘an Haqaiq ‘Ghawamid at-Tanzil wa ‘Uyun al-Qawalim fī Wujuh at-Ta’wi. Dar Kutub al-‘Ilmiyah.
  37. Zuhaili, W. (2013). Tafsir al-Munir. Gema Insani.
  38. Zulihafnani, Z., Nurlaila, N., & Hidayatullah, M. R. (2020). Penggunaan Pajangan Ayat Kursi Sebagai Pelindung. TAFSE: Journal of Qur’anic Studies, 5(2), 139. https://doi.org/10.22373/tafse.v5i2.9103