Main Article Content

Abstract

Dakwah di TikTok menawarkan pengalaman yang menyenangkan, interaktif, dan kreatif bagi gen z dan menjadikannya salah satu platform media sosial paling disukai. Namun Generasi Z sering kali menghadapi rasa kurang percaya diri yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti pembulian yang mereka terima sejak dini di rumah bahkan oleh orang terdekat, tekanan dari apa yang media sosial sajikan,  perbandingan diri dengan orang lain, dan standar kecantikan atau kesuksesan yang tinggi. Hal ini menyebabkan tidak percaya diri terutama ketika berbicara di depan umum. Penelitian ini akan menggunakan pendekatan kualitatif yaitu studi kasus. Metode analisis data yang penulis terapkan adalah model interaktif dari Miles & Huberman, yang melibatkan subproses yang saling terkait pada tahap pengumpulan data. Retorika dakwah yang marak pada aplikasi Tiktok banyak memberikan input positif guna meningkatkan kepercayaan diri audience guna menjadi public speaker yang baik kedepannya.


Da'wah on TikTok offers a fun, interactive, and creative experience for Generation Z, making it one of the most popular social media platforms. However, Generation Z often struggles with a lack of self-confidence caused by various factors, such as bullying experienced from an early age, even at home or by close relatives, pressures from social media content, self-comparison with others, and high standards of beauty or success. This lack of confidence is especially evident when speaking in public.  This study will employ a qualitative approach, specifically a case study. The data analysis method used by the researcher follows the interactive model by Miles & Huberman, which involves interrelated subprocesses during the data collection phase. The widespread rhetoric of da'wah on TikTok has provided significant positive contributions to enhancing the audience's self-confidence, helping them become better public speakers in the future.


 

Keywords

Dakwah Public Speaker Retorika Tiktok

Article Details

References

  1. Bungin, Burhan. (2017). Edisi Kedua Metode Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana.
  2. Dennis, Mc Quail. (1992). Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Jakarta : Erlangga.
  3. Hariansyah. (2018). Millenials “Bukan Generasi Micin”.Jakarta: Guepedia.
  4. Imron, R. M. (2018). TikTok Jadi Aplikasi Terbaik di Play Store. https://inet.detik.com/mobileapps/d4329137/tiktok-jadi-aplikasiterbaik-di-play-store.
  5. Kartini, Sri. (2019). Krisis Percaya Diri. Semarang: Mutiara Aksara.
  6. Kusuma, P. W. (2020). Di Balik Fenomena Ramainya TikTok di Indonesia
  7. Mahyuddin. (2019). Sosiologi Komunikasi (Dinamika Relasi Sosial di dalam Era Virtualitas). Jakarta : Shofia
  8. Naning, Putri Rahmana, Dhea Amalia Putri N, Rian Damariswara. (2022). Pemanfaatan media sosial aplikasi tiktok sebagai media edukasi di era generasi Z. Jurnal tekhnologi pendidikan Akademika Universitas Islam Assyafiiyah
  9. Nasrullah, Rulli . (2019). Teori dan riset khalayak media. Prenada media
  10. Nurudin . 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
  11. Nurudin. 2003. Komunikasi Massa. Cespur : Malang
  12. Putri, Dwi. Robiatul Adawiyah. (2020). Pengaruh Penggunaan Aplikasi TikTok Terhadap Kepercayaan Diri Remaja di Kabupaten Sampang. Jurnal Komunikasi Trunojoyo Madura.
  13. Rahayu, Yalizar. (2021). Etika Komunikasi Di Media Sosial. Jakarta : Guepedia
  14. Rice, Ronald E, (2009) Diffusion of Innovations: Theoretical Extensions dalam Nabi, Robin L, Media Processes and Effect, Sage. USA
  15. Rogers, Everett M. (1983), Diffusion of Innovations. e-Book,London: The Free Press
  16. Saepudin Jahar . Asep. (2022). Media Sosial dalam Perspektif Komunikasi Islam.
  17. Sarwono. 2003. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Gravido Persada
  18. Strinati, Dominic. 2009. Popular Culture: Pengantar Menuju Teori Budaya Populer.Sleman: Ar-Ruzz Media.
  19. West, Richard. (2008). Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi Edisi 3. Jakarta: Salemba Humanika