Main Article Content
Abstract
Artikel ini membahas perbedaan tafsir klasik dan tafsir kontemporer mengenai hukum pernikahan anak dan penetapan bulugh al-nikah (batas usia menikah). Tujuan artikel ini adalah meneliti dan menganalisis ayat-ayat yang mengisyaratkan pernikahan anak, bagaimana pandangan penafsiran klasik yang cenderung bias gender dan penafsiran kontemporer yang bersifat adil gender tentang bulugh al-nikah. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) dengan metode analisis deskriptif. Pengumpulan data dengan mengumpulkan ayat-ayat yang mengisyaratkan pernikahan anak dan menganalisis pandangan ulama klasik dan tokoh feminis. Penelitian ini menemukan bahwa ulama klasik tidak menetapkan bulugh al-nikah. Bulugh al-nikah dalam surah al-Nisa ayat 6 ditafsirkan dengan baligh dalam konteks pengelolaan harta anak yatim dan ulama empat mazhab tidak menjadikan baligh dan ‘aqil sebagai syarat sah nikah. Pandangan klasik ini melandaskan pada surah al-Thalaq ayat 4 tentang masa ‘iddah perempuan yang belum haid dan riwayat pernikahan Nabi Muhamad Saw dan Siti Aisyah yang masih berusia 6 tahun. Sedangkan tafsir feminis melarang pernikahan anak yang diajukan tokoh-tokoh feminis seperti, Husein Muhamad, Musdah Mulia dan Badriyah Fayumi. Mereka menetapkan bulugh al-nikah. Baligh menurut mereka tidak hanya terkait aspek biologis, tetapi memiliki kesiapan, kedewasaan dan kematangan baik secara fisik, finansial, dan mental sebagai bekal menjalani bahtera rumah tangga. Pandangan mereka melandaskan pada tujuan atau maqashid syariah pernikahan yang dijelaskan oleh ayat lain, seperti surah al-Rum ayat 21 dan Surah al-Nisa ayat 9 bahwa pernikahan bukan sebatas hubungan fisik dan biologis, tetapi sampai pada institusi sentral, yaitu keluarga yang bahagia dalam ikatan yang suci (mitsaqan ghaliza).
This article discusses the differences between classical and contemporary interpretations regarding the law on child marriage and the provisions on bulugh al-nikah (marriage age limit). The purpose of this article is to examine and describe the verses that describe child marriage, how classical interpretations tend to be gender biased and contemporary gender-just interpretations of bulugh al-nikah appear. This type of research is library research (library research) with descriptive analysis methods. Data collection by collecting verses that indicate child marriage and analyzing the views of classical scholars and feminist figures. This research found that classical ulama did not stipulate bulugh al-nikah. Bulugh al-nikah in surah al-Nisa verse 6 transactions with puberty in the context of managing the assets of orphans and scholars of the four schools of thought does not make baligh and 'aqil a condition for a valid marriage. This classic view is found in surah al-Thalaq verse 4 regarding the 'iddah period of women who have not yet menstruated and the history of the marriage of the Prophet Muhammad Saw and Siti Aisyah who was still 6 years old. Meanwhile, feminist interpretations prohibit child marriages featuring feminist figures such as Husein Muhamad, Musdah Mulia and Badriyah Fayumi. They established the bulugh al-nikah. According to them, puberty is not only related to biological aspects, but also having readiness, maturity and maturity both physically, financially and mentally as preparations for living the household. Their view is based on the purpose or maqashid of marriage sharia which is explained by other verses, such as surah al-Rum verse 21 and surah al-Nisa verse 9 that marriage is not limited to physical and biological relations, but reaches the central institution, namely a happy family in bondage. . the holy (mitsaqan ghaliza).
Keywords
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Authors who publish with this journal agree to the following terms:
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License that allows others to share the work with an acknowledgment of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access).
References
- Abdurrahman. (1995). Kompilasi Hukum Islam di Indonesia (cet. II). Akademika Persindo.
- Al-Anshari, Z. (n.d.). Fathul Wahab bi Syarhi Minhaj al-Thalab (juz II). Dar al-Fikr.
- Al-Baghawi. (n.d.). Tafsir al-Baghawi (Juz. 3). Darul-Marifah.
- Al-Qasimi, J. (1957). Mahasin al-Ta’wil (16th ed.). Dar Ihya al-Kutub al-’Arabiyyah.
- Al-Qurtubi. (2009). Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, Terj. Dudi Rosyadi dkk (Vol. 12). Pustaka Azzam.
- Al-Zarqa, M. (n.d.). Syarh al-Qawa’id al-Fiqhiyyah. Dar al-Qalam.
- Az-Zuhayli, W. (1985). Al-Fiqhul Islami wa Adillatuh (juz VII). Darul Fikr.
- Darmalaksana, W. (2020). Metode penelitian kualitatif studi pustaka dan studi lapangan. Pre-Print Digital Library UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
- Fauziy, Z. (2022). Konsep Usia Pernikahan Ideal Perspektif Al-Qur’an (Studi Komparatif Tafsir Karya Imam Al-Qurthubi dan Tafsir Karya Ibn Jarir At-Thabari). UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
- Handayani, E. Y. (2014). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pernikahan Usia Dini Pada Remaja Putri Di Kecamatan Tambusai Utara Kabupaten Rokan Hulu. Maternity and Neonatal, 1(5), 200–206.
- Hatta, M. (2016). Batasan usia perkawinan dalam perspektif ulama klasik dan kontemporer. Al-Qānūn: Jurnal Pemikiran Dan Pembaharuan Hukum Islam, 19(1), 66–88.
- Hazm, I. (n.d.). al-Muhalla (Juz 9). Dar al-Fikr.
- Hikmiyah, H. H. (2024). Prevention Of Child Marriage To Create A Family Maṣlaḥah Badriyah Fayumi’s Perspective. Minhaj: Jurnal Ilmu Syariah, 5(2), 206.
- Husein, M. (2019). Fiqh Perempuan; Refleksi Kiai atas Wacana Agama dan Gender. IRCiSoD.
- Ibnu Hajar Al Asqolani. (2001). Fath al-Bari. Maktabah al-Malik.
- Juhaeria, J., & Syahrani, I. (2014). Hubungan Pernikahan (16-20 Tahun) Dengan Konsep Diri Pada Remaja Wanita di Desa Langensari Wilayah Kerja Puskesmas Blanakan Kecamatan Blanakan Kabupaten Sumbang. Jurnal Kesehatan Pringan, 1(3).
- Juhroh, S. (2019). Batas Usia Menikah dalam Pemikiran KH. Husein Muhammad: Prespektif Maqashid al-Syar’iyah. JAQFI: Jurnal Aqidah Dan Filsafat Islam, 4(1), 63–77.
- Katsir, I. (n.d.). Tafsir Al-Qur’an al-Adzhim (juz II). Daar al-Kutub.
- Mubasyaroh, M. (2016). Analisis faktor penyebab pernikahan dini dan dampaknya bagi pelakunya. YUDISIA: Jurnal Pemikiran Hukum Dan Hukum Islam, 7(2), 385–411.
- Mulia, S. M., & Baso, A. (2005). Muslimah reformis: Perempuan pembaru keagamaan. In (No Title).
- Qudamah, I. (1986). Al-Mughni (Juz 7). Maktabah al-Qahira.
- Ridha, M. R. (1999). Tafsir al-Qur’an al-Hakim. Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah.
- Suma, M. A. (2004). Hukum keluarga Islam di dunia Islam. RajaGrafindo Persada.
- Unicef. (2015). Manajemen Kebersihan Menstruasi di Indonesia. Jakarta: Aliansi Remaja Independen.